Kamis, 07 April 2011

Waspadai Leptospirosis Selama Musim Hujan

Surabaya, Kompas - Musim hujan yang mulai berlangsung dan menimbulkan banjir di berbagai wilayah menimbulkan risiko penyakit leptospirosis. Sepanjang pertengahan Oktober 2010 sampai pertengahan November, sebanyak 10 pasien leptospirosis dirawat di Rumah Sakit Umum Dr Soetomo, Surabaya.

”Selama musim hujan, jumlah pasien leptospirosis cenderung meningkat. Banjir yang merata terjadi di Surabaya juga meningkatkan potensi infeksi penyakit ini. Hampir 20 persen pasien datang ke rumah sakit setelah terlambat dan berisiko meninggal,” tutur anggota staf Divisi Penyakit Tropik Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSU Dr Soetomo, dr M Vitanata Arfijanto SpPD, Kamis (9/12) di Surabaya.

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan bakteri Leptospira sp. Bakteri ini masuk ke tubuh manusia melalui luka di kaki, mulut, atau mata. Bakteri ini terbawa air seni tikus atau air seni hewan lain, seperti kuda, kambing, dan kucing, yang tercampur dalam genangan air hujan atau banjir.

Kepala Divisi Penyakit Tropik Infeksi Departemen Penyakit Dalam RSU Dr Soetomo, Prof Dr dr Suharto SpPD, mengingatkan, gejala awal berupa panas, nyeri otot terutama di kaki, dan mata merah harus diwaspadai. Panas yang disebabkan bakteri juga meningkat secara perlahan.

Ketika sudah berada di dalam pembuluh darah dan berkembang, bakteri bisa menyerang organ seperti ginjal, hati, otak, dan jantung. Ketika terjadi gangguan pada organ-organ ini dan tidak tertangani, akibat fatal bisa terjadi. Bahkan, leptospirosis bisa menyerang dan berkomplikasi dengan demam berdarah, tifus, dan malaria.

Terkadang, menurut Vitanata, bisa juga terjadi penurunan trombosit (trombositopeni) seperti dialami pasien demam berdarah. Namun pada pasien demam berdarah, biasanya jumlah leukosit juga turun. Adapun pada pasien leptospirosis, biasanya jumlah leukosit normal atau naik.

”Rapid test”
Vitanata mengatakan, ada tes cepat (rapid test) yang bisa dilakukan pada darah terduga. Tes ini bisa dilakukan tanpa biaya tambahan sebab alat tes cepat disediakan Dinas Kesehatan Jatim.

Selain itu, kata Vitanata, bisa dilakukan pula penghitungan skor kriteria Faine untuk menduga pasien leptospirosis. Beberapa kriteria itu antara lain sakit kepala, demam di atas 39 derajat Celsius, nyeri otot, dan berasal dari daerah endemis leptospirosis seperti daerah peternakan.

Kendati terdapat lebih dari 200 varian bakteri Leptospira di dunia, menurut Suharto, tidak semua bersifat patogen atau menimbulkan penyakit. Selain itu, umumnya pengobatan dengan antibiotik juga bisa mengatasi leptospirosis.

Untuk mencegah infeksi leptospirosis, pekerja di pemotongan hewan harus menggunakan sepatu bot, demikian pula untuk warga di daerah banjir. ”Sering kali orang malah melepas sepatu ketika terkena banjir atau kehujanan. Padahal, tindakan ini meningkatkan risiko terinfeksi apabila ada luka kecil di kaki," tutur Vitanata. (INA)

Tidak ada komentar: