JAKARTA, KOMPAS.com — Sebuah penelitian terbaru menunjukkan hubungan kuat antara risiko terserang diabetes dan paparan asap knalpot, asap industri, dan jenis-jenis polusi udara partikulat halus.
Masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat kualitas udara di bawah batas keselamatan Badan Perlindungan Lingkungan memiliki prevalensi diabetes lebih dari 20 persen lebih tinggi dari orang yang terkena polusi udara lebih sedikit.
"Kita tahu paparan polusi udara adalah faktor risiko penyakit kardiovaskuler," kata John Brownstein, PhD, dari Children's Hospital Boston dan Harvard Medical School. "Ini hanyalah satu bagian dari bukti bahwa dampak polusi kesehatan sungguh serius."
Brownstein dan rekan menghitung data gabungan Badan Lingkungkan Amerika terhadap partikulat udara halus hasil polusi udara. Kemudian menghubungkannya dengan data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan badan sensus Amerika tentang banyaknya orang yang menderita diabetes selama tahun 2004 dan 2005.
Analisis tersebut menunjukkan hubungan yang kuat dan konsisten antara tingkat diabetes dan tingkat polusi udara.
Walaupun temuan ini tidak membuktikan kaitan langsung polusi udara dengan epidemi diabetes, tetapi cukup menggambarkan peran faktor lingkungan lain dalam meningkatkan risiko diabetes selain fenomena lain yang sekarang sedang marak di dunia Barat, yakni obesitas.
Bahkan, dalam penelitian pada hewan sebelumnya, peradangan kronis telah terbukti dapat meningkatkan resistensi insulin, yang mengarah ke diabetes. Bahan kimia dalam polusi udara telah dihubungkan dengan peradangan ini.
"Untuk itu, kesimpulan kami tentang hubungan ini mungkin lebih kuat terjadi pada orang gemuk. Sebab, banyak bahan kimia terakumulasi dalam lemak," tambah Brownstein. (fen)
Masyarakat yang tinggal di daerah dengan tingkat kualitas udara di bawah batas keselamatan Badan Perlindungan Lingkungan memiliki prevalensi diabetes lebih dari 20 persen lebih tinggi dari orang yang terkena polusi udara lebih sedikit.
"Kita tahu paparan polusi udara adalah faktor risiko penyakit kardiovaskuler," kata John Brownstein, PhD, dari Children's Hospital Boston dan Harvard Medical School. "Ini hanyalah satu bagian dari bukti bahwa dampak polusi kesehatan sungguh serius."
Brownstein dan rekan menghitung data gabungan Badan Lingkungkan Amerika terhadap partikulat udara halus hasil polusi udara. Kemudian menghubungkannya dengan data dari CDC (Centers for Disease Control and Prevention) dan badan sensus Amerika tentang banyaknya orang yang menderita diabetes selama tahun 2004 dan 2005.
Analisis tersebut menunjukkan hubungan yang kuat dan konsisten antara tingkat diabetes dan tingkat polusi udara.
Walaupun temuan ini tidak membuktikan kaitan langsung polusi udara dengan epidemi diabetes, tetapi cukup menggambarkan peran faktor lingkungan lain dalam meningkatkan risiko diabetes selain fenomena lain yang sekarang sedang marak di dunia Barat, yakni obesitas.
Bahkan, dalam penelitian pada hewan sebelumnya, peradangan kronis telah terbukti dapat meningkatkan resistensi insulin, yang mengarah ke diabetes. Bahan kimia dalam polusi udara telah dihubungkan dengan peradangan ini.
"Untuk itu, kesimpulan kami tentang hubungan ini mungkin lebih kuat terjadi pada orang gemuk. Sebab, banyak bahan kimia terakumulasi dalam lemak," tambah Brownstein. (fen)
Sumber :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar