KULON PROGO, KOMPAS.com — Para petani di Pedukuhan Taruban Wetan, Desa Tuksono, Kecamatan Sentolo, memiliki cara baru untuk membasmi hama tikus. Caranya dengan menggunakan pengomposan/pengasapan (fumigasi) pada lubang-lubang tikus. Dengan cara ini, tikus yang di dalamnya akan mati dengan sendirinya akibat menghirup asap tersebut.
Menurut Kepala Dinas Pertanian DIY Nanang Suwandi, tikus berada dalam urutan kedua sebagai organisme pengganggu tanaman (OPT) yang berpotensi mengancam produksi padi. Tikus memiliki tingkat reproduksi yang sangat tinggi. Dalam satu tahun sepasang tikus dapat berkembang menjadi 2.000 ekor.
Tikus juga mempunyai kemampuan untuk bermigrasi massal dengan jarak 1 hingga 2 kilometer.
"Belakangan ini banyak ditemukan adanya kasus pasien leptospirosis yang mayoritas pasien yang terjangkit berprofesi sebagai petani. Tikus perlu diberantas secara maksimal," ujar Nanang.
Sementara Ketua Kelompok Tani (KT) Tani Makmur Suyanto (34) mengatakan, dampak serangan tikus di bulak Sanggrahan pada panen lalu tercatat menurunkan produksi hingga 25 persen.
"Panen-panen sebelumnya rata-rata produksi dapat mencapai 11-12 ton per hektar (ha), namun pada musim panen lalu turun menjadi 8-9 ton per ha," paparnya.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar