Kompas.com - Polusi udara yang berasal dari emisi gas buang kendaraan bermotor, yang merupakan kombinasi dari bahan-bahan beracun, bisa memicu penyakit pernapasan, serangan jantung, kanker dan kematian dini. Studi terbaru bahkan menambahkan satu bahaya lagi, yakni kerusakan otak.
"Kita memang tidak bisa melihat partikel pencemar udara, tapi partikel halus itu bisa terhirup dan berdampak pada saraf-saraf di otak dan dalam jangka panjang merusak otak," kata Caleb Finch, peneliti senior yang hasil risetnya dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspectives.
Ia menambahkan partikel udara berukuran sangat kecil yakni satu perseribu lebar rambut manusia dan terlalu kecil untuk diserap oleh sistem saringan mobil.
Dalam penelitiannya Finch dan timnya menggunakan teknologi unik untuk menciptakan ulang bahan penyebab polusi udara yang berasal dari pembakaran bahan fosil kemudian membiarkan tikus di laboratorium terpajan partikel tersebut selama 150 jam yang dibagi dalam tiga sesi perminggu dan berlangsung selama 10 minggu.
Pajanan tersebut mengakibatkan kerusakan pada saraf otak yang berkaitan dengan fungsi mengingat dan kemampuan belajar. Mereka juga mendeteksi tanda inflamasi yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer dan kepikunan. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk memastikan apakah dampak serupa bisa terjadi pada manusia.
Ketua peneliti, Todd Morgan, mengatakan cara paling baik untuk menghindari pajanan polusi adalah membatasinya, terutama pada anak-anak. "Polusi udara bisa memicu penyakit asma, serta penurunan kecerdasan pada anak," katanya.
"Kita memang tidak bisa melihat partikel pencemar udara, tapi partikel halus itu bisa terhirup dan berdampak pada saraf-saraf di otak dan dalam jangka panjang merusak otak," kata Caleb Finch, peneliti senior yang hasil risetnya dipublikasikan dalam jurnal Environmental Health Perspectives.
Ia menambahkan partikel udara berukuran sangat kecil yakni satu perseribu lebar rambut manusia dan terlalu kecil untuk diserap oleh sistem saringan mobil.
Dalam penelitiannya Finch dan timnya menggunakan teknologi unik untuk menciptakan ulang bahan penyebab polusi udara yang berasal dari pembakaran bahan fosil kemudian membiarkan tikus di laboratorium terpajan partikel tersebut selama 150 jam yang dibagi dalam tiga sesi perminggu dan berlangsung selama 10 minggu.
Pajanan tersebut mengakibatkan kerusakan pada saraf otak yang berkaitan dengan fungsi mengingat dan kemampuan belajar. Mereka juga mendeteksi tanda inflamasi yang berkaitan dengan penyakit Alzheimer dan kepikunan. Penelitian lebih lanjut akan dilakukan untuk memastikan apakah dampak serupa bisa terjadi pada manusia.
Ketua peneliti, Todd Morgan, mengatakan cara paling baik untuk menghindari pajanan polusi adalah membatasinya, terutama pada anak-anak. "Polusi udara bisa memicu penyakit asma, serta penurunan kecerdasan pada anak," katanya.
Sumber :LA Times
Tidak ada komentar:
Posting Komentar